BLOG

MEMAHAT WAYANG ALA NABASTA

Memahat wayang adalah salah satu proses yang menentukan dalam membuat wayang khas Nabasta. Memahat wayang yaitu melubangi lembar kulit mengikuti pola wayang yang sudah di buat dengan menggunakan alat pisau pahat yang disebut tatah sehingga setelah semua pola selesai dipahat akan membentuk karakter wayang tertentu. Tatah digunakan untuk melubangi kulit, oleh karena itu tatah memiliki peran yang penting dalam memahat wayang.

Tatah terdiri dari berbagai macam jenis berdasarkan pada bentuk mata pisau. Jumlah tatah berdasarkan pada bentuk mata pisau kurang lebih sebanyak 24 buah. Tatah dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu Penatas, Penguku dan Corekan. Tatah Penatas memiliki bentuk mata pisau lurus. Tatah Penatas ini berfungsi untuk membuat lubang atau garis yang memiliki pola lurus. Ada banyak jenis Tatah Penatas berdasarkan ukuran lebar mata pisau. Tatah Penguku memiliki bentuk mata pisau melengkung seperti kuku. Tatah Penguku ini berfungsi untuk membuat lubang atau garis yang memiliki pola melengkung. Jenis Tatah Penguku dibedakan berdasar pada derajat lengkungan mata pisau dan lebar lengkungan mata pisau tatah. Sedangkan Tatah Corekan memiliki bentuk lancip yang berfungsi untuk membuat pola wayang di atas kulit yang akan digunakan untuk membuat wayang.

Tatah terbuat dari besi dan baja. Tatah dibuat secara manual oleh para pengrajin Nabasta. Pengrajin Nabasta menggunakan bahan baku tatah yang berasal dari per sepeda motor. Per sepeda motor digunakan pengrajin Nabasta sebagai bahan baku tatah karena terbuat dari baja sehingga tatah akan lebih kuat jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan bahan baku lain yang digunakan pengrajin Nabasta untuk membuat tatah adalah besi yang biasa digunakan untuk membuat kerangka bangunan. Tetapi besi ini cenderung lebih mudah bengkok dibandingkan dengan baja per sepeda motor. Baik tatah yang terbuat dari besi dan baja harus sering dirawat untuk dapat menghasilkan mata pisau tatah yang tajam dan nyaman digunakan.

Pengrajin Nabasta selalu merawat tatah untuk menjaga ketajaman dan kelicinan mata pisau tatah. Tatah akan diasah pada bagian mata pisau sebelum digunakan untuk memahat wayang Nabasta. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa mata pisau tatah mampu untuk melubangi kulit kerbau yang biasa digunakan Nabasta untuk membuat wayang. Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, Nabasta selalu menggunakan kulit kerbau sebagai bahan baku untuk membuat wayang kulit dan beberapa souvenir eksklusif wayang. Kulit kerbau memiliki karakter keras dan tebal sehingga diperlukan tatah yang tajam dan kuat agar kulit kerbau dapat dipahat dengan detail dan rapi.

Wayang yang memiliki kualitas pahatan baik adalah wayang yang memiliki lubang pahatan rapat, tajam dan detail. Kulit wayang yang sudah dipahat jika diterawang akan terlihat tingkat ketajaman pahatan dan detail setiap ornamen. Jarak antar tepi lubang pahatan tidak terlalu lebar dan pada bagian sudut terpotong rapi. Pengrajin Nabasta sudah terlatih dan memiliki komitmen yang tinggi untuk menciptakan wayang kulit dengan pahatan yang detail atau dalam bahasa pengrajin disebut dengan wayang halus atau wayang alusan. Pengrajin Nabasta adalah pengrajin wayang yang sudah berpengalaman dan memiliki keterampilan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produk-produk Nabasta yang berkualitas.

Nabasta adalah pengrajin wayang dengan segmentasi produk wayang halus atau wayang yang memiliki tingkat kualitas pahatan yang detail. Wayang tipe halus ini memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan wayang kasar (wayang dengan kualitas pahatan tidak detail). Untuk membuat satu buah karakter wayang dengan ukuran standar, wayang tipe halus bisa membutuhkan waktu pengerjaan sekitar 3-7 hari. Sedangkan wayang tipe kasar hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 hari dengan metode pemahatan kulit rangkap. Kulit rangkap yaitu kulit ditumpuk menjadi 2-3 lapisan, kemudian dipahat secara bersamaan. Wayang tipe halus dipahat lembar demi lembar, sehingga membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu Nabasta memerlukan proses produksi yang lebih lama untuk dapat menghasilkan produk wayang kulit yang berkualitas.


Ditulis oleh: Demy R